perlukah INTEGRASI
GIZI-KIA-IMUNISASI
Kasus
:
Temuan kasus : Rabu, 24 April 2013
Ibu : HI (-20 thn)
Ayah :
UT
Bayi : HT (anak pertama)
Lahir : 28 Pebruari 2013
Alamat : Desa HO, Kecamatan A Kabupaten GU Provinsi G
Kunjungan ibu sewaktu hamil :
I.
Umur kehamilan 7 bln (ke PKM)
II.
Umur kehamilan 8 bulan (ke Posyandu)
III.
Umur kehamilan 9 bulan (ke Posyandu)
Kunjungan Bayi :
Tgl. 20 April 2013 pertama kali dibawa ke Posyandu
Masalah :
Bayi lahir di rumah ditolong oleh dukun
Umur 1 bulan 2 minggu sudah diberi bubur tepung
Belum pernah diimunisasi
Fenomena kasus :
Hal menarik dari kasus
di atas adalah ibu tersebut sewaktu hamil 3 (tiga) kali berkunjung ke tempat
pelayanan kesehatan yakni sejak umur kehamilan 7 bulan sampai dengan umur
kehamilan 9 (sembilan) bulan. Namun saat melahirkan, dia hanya melahirkan di
rumah dan bahkan hanya di tolong oleh dukun (mungkin dan semoga dukun
terlatih). Setelah bayi berumur 1 bulan 2 minggu bayi tersebut telah diberikan
makanan yakni bubur tepung, dan hingga saat ditemukan, bayi tersebut belum
diimunisasi dan bahkan mungkin belum pernah tersentuh oleh tangan petugas
kesehatan.
Program Pemerintah :
1.
Program 1000 hari
pertama periode emas janin.
2.
Program imunisasi
3.
Jaminan kesehatan yang
dilayangkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, seperti halnya jaminan
kesehatan masyarakat (JAMKESMAS), jaminan pertolongan persalainan (JAMPERSAL)
jaminan kesehatan semesta (JAMKESTA), jaminan kesehatan daerah (JAMKESDA).
4.
Program rekruitmen dan
penempatan tenaga kesehatan (bidan) sampai pada tingkat desa.
Perilaku
Masyarakat :
Menurut Bloom (Notoatmodjo, 2007) perilaku sesorang terdiri dari 3 bagian,
yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
dan praktek atau tindakan (practice).
Kajian Analisis :
1.
Mencermati fenomena kasus
yang terjadi, bahwa upaya kesehatan masyarakat (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif) belum terlaksana secara efektif dan bahkan masih belum
tersentuh dan bahkan terdengar oleh seluruh kalangan masyarakat.
2.
Masyarakat belum
memahami dengan jelas apa sebenarnya upaya kesehatan tersebut, karena mungkin
bahasanya sangat ilmiah. Kalau dulu kita pernah mendengar tentang lebih baik
mencegah daripada mengobati, mungkin inilah yang lebih pas ditelinga
masyarakat.
3.
Program-program yang
dicanangkan atau dilayangkan (dilayangkan artinya layang-layangnya dilepas
kemudian talinya ditarik ulur oleh sang pemain), mungkin masih sebatas program
yang patut diketahui oleh pengambil dan pelaksana kebijakan, mulai dari pusat,
daerah (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa sampai pada tingkat
dusun/lingkungan).
4.
Siapa yang salah (mungkin
kita tidak bisa menyalahkan)
Prolog : kata orang di atas (pusat) : bahwa
program sudah kita layangkan ke provinsi sehingga mereka yang bertanggung jawab,
kata orang level berikutnya (provinsi) : programnya sudah kita sosialisasikan
ke tingkat kabupaten/kota, maka merekalah yang bertanggung-jawab, kata orang
dilevel ketiga (kab/kota) : program ini sudah kita canangkan sampai ke level kecamatan,
sehingga merekalah yang bertanggung-jawab, kata orang di level keempat
(kecamatan) : program ini sudah berjalan dengan baik, masyarakatlah yang tidak
mau tahu, masyarakat tidak sadar, maka yang disalahkan adalah masyarakat yang
tidak mau dan tidak tahu.
Ketidaktahuan masyarakat, akibat dari informasi
tersebut mungkin belum sampai kepada mereka, sehingga mereka tidak bisa
bersikap dan bahkanpun bertindak, apa sebenarnya yang akan dilakukan pada saat
hamil, pada saat melahirkan, pada saat anak lahir, pada saat anak berumur 0-6
bulan, pada saat anak berumur 6-11 bulan, pada saat anak berumur 11-24 bulan,
dan bahkan sampai pada umur 5 tahun.
5.
Program JAMKES (jaminan kesehatan),
masih lebih besar berada pada penanganan orang sakit, yang terlupakan dan belum
tersentuh adalah orang sehat yang bisa saja sakit kalau tidak mencegah atau
tidak tahu cara mencegahnya. Apabila ada kasus kesakitan dan bahkan kematian,
maka disitulah anggaran terkucur sampai habis, dan bahkan menyedot anggaran
pembangunan lainnya baik pembangunan fisik maupun sumber daya manusia. Karena
biaya untuk orang sakit jauh bahkan jauh lebih besar dari pada membiayai bagi
orang sehat, hampir 1000 kali lipat.
6.
Tenaga kesehatan (dokter,
bidan, dll) yang direkrut dan ditempatkan di desa-desa malah mungkin hanya akan
menjadi permasalahan baru, dimana dokter/bidan PTT gajinya hampir dua kali dari
gaji dokter/bidan PNS, akan terjadi saling menyerahkan tugas, menyerahkan
tanggung jawab. Banyak PTT yang ditempatkan di desa, namun sejak ibu hamil
pertama sampai melahirkan dan bahkan hingga anak umur 1 tahun, PTT-nya tidak kelihatan.
Apa
yang harus dilakukan :
1.
Penguatan kelembagaan,
yang paling utama adalah pada level paling bawah (kelurahan/desa).
2.
Penguatan tenaga,
dimulai dari peningkatan kompetensi petugas sebagai pelayan masyarakat, finansial
yang mereka terima dan bahkan tidak adanya kesenjangan antara petugas
kesehatan.
3.
Intinya mungkin
penguatan promosi dan pencegahan (promotif dan preventif) lebih banyak
dilakukan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi (kuratif dan rehabilitatif).
Masyarakat ingin tahu, tapi informasi belum sampai bahkan yang diterima hanya
bahasa-bahasa ilimiah yang mereka tidak memahaminya.
4.
Tidak perlu meningkatkan
anggaran, tetapi bagaimana agar anggaran tersebut tepat sasaran, tepat
pemberian, tepat penempatan, sehingga dampaknya akan terasa dan bahkan terwujud
masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan.
Akhirnya
:
"Empat” hal menghapus agama kalian :
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.
(Sayyidina Syekh Abdul Qadir Jailany)
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.
(Sayyidina Syekh Abdul Qadir Jailany)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar