Download Materi METODOLOGI PSG POH 2018 https://docs.google.com/presentation/d/1cauJ80dgG-0bki6XEfYQ7XOCRcrU8GPw8le26YXhWbs/edit?usp=sharing
SOFYAN TAMBIPI
Minggu, 14 Oktober 2018
Jumat, 24 Januari 2014
GORONTALO LIMA BESAR TERMISKIN DI INDONESIA (Momentum Peringatan Hari Patriotik 23 Januari)
GORONTALO LIMA BESAR
TERMISKIN DI INDONESIA
(Momentum Peringatan
Hari Patriotik 23 Januari)
Oleh : Sofyan Tambipi,
Gorontalo (24/01/2014)
Gorontalo merupakan salah satu provinsi
dari 33 provinsi di Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo.
Pada tanggal 16 Pebruari 2001.
Kalau kita membaca koran harian
Gorontalo Post (GP) Senin 13 Januari 2014 pada halaman depan Suharso Monoarfa
(pengusaha dan politikus dari PPP) yang juga mantan Menteri Perumahan Negara
Perumahan Rakyat (2009-2011) pada Kabinet Indonesia Bersatu II mengkritisi
bahwa kondisi dan realita yang terjadi di Gorontalo saat ini, dimana Gorontalo
termasuk 5 daerah termiskin di Indonesia sebagai ulah dari hasil persoalan
politik. Pernyataan Suharso ini dibantah oleh Fikram Salilama (pada GP 15/01)
politikus dari Partai berlambang beringin (ex anggota PPP).
Kenyataannya memang benar bahwa penduduk
miskin di Gorontalo (18,01%) pada September 2013 yang dirilis oleh BPS
menempati urutan ke 5 tertinggi dari 33 provinsi, setelah Provinsi Papua
(31,53%), Papua Barat (27,14), Nusa Tenggara Timur (20,24) dan Maluku (19,27%).
Kondisi ini, terjadi peningkatan 0,79% jika dibadingkan dengan tahun 2012,
dimana persentase penduduk miskin Provinsi Gorontalo pada bulan September 2012 adalah
17,22% dan berada pada peringkat ke 8. Jika kita melihat, kecenderungan
persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sejak tahun 2001 hingga tahun
2012 terjadi penurunan, walaupun pada tahun 2008 sempat meningkat 0,08% dan
pada tahun 2009 meningkat 0,13%, namun hal ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan peningkatan yang terjadi saat ini.
Kondisi tersebut di atas bisa saja
terjadi karena persoalan politik yang kurang kondusif seperti halnya yang
dimaksudkan oleh Suharso, atau mungkin ada hal-hal lain yang mempengaruhinya,
seperti yang dikemukakan oleh Spicker, 2002), bahwa
faktor kemiskinan dipengaruhi oleh 4 (empat) mazhab yaitu : pertama Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan
cenderung diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri, kedua, familial explanation, mazhab ini
berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan., ketiga, subcultural explanation, menurut mazhab
ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat,
atau akibat karakteristik perilaku lingkungan, keempat, structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan
timbul akibat dari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat
istiadat, kebijakan, dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja,
sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya
rendah dan haknya terbatas.
Dalam riwayat Imam Al Khathib Al Baghdadi : mengabarkan
kami Ibnu Rizq, katanya: memberitakan kepada kami Utsman bin Ahmad, berkata
kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Al Bara, berkata kepada kami Daud bin
Rusyaid, mengabarkan kami Al Walid bin Shalih, dari seorang laki-laki : Aku
melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam mimpi, Beliau berkata kepadaku: Barang siapa yang harinya sama
saja maka dia telah lalai, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin
maka dia terlaknat,barang siapa yang tidak mendapatkan tambahan maka dia dalam
kerugian, barangsiapa yang dalam kerugian maka kematian lebih baik baginya.
Kembali lagi tentang Gorontalo, yang hari memperingati hari
patritotik 23 Januari 1942, dimana daerah ini sangat kaya akan tradisi dan
budaya, maka tidaklah mungkin jika masyarakatnya melakukan tradisi dan budaya
yang telah ada, dan mereka mengerti tentang makna-makna yang terkandung dalam
tradisi dan budaya tersebut, pastilah di Gorontalo tidak akan terlihat lagi
mana yang kaya dan mana yang miskin. Mungkin lebih jelasnya, bahwa tidak ada
perbedaan yang menonjol antara yang miskin dan yang kaya, atau juga bahkan
tidak ada yang merasa kaya dan tidak yang merasa miskin.
Sebagai salah satu contoh adalah tradisi pada saat ada yang
meninggal, maka ada tradisi yang disebut “Dulialo”
yakni kegiatan menghibur keluarga yang berduka pada hari pertama kedukaan, atau
bisa juga dimaknai sebagai sikap peduli dan saling mempedulikan. Wujud nyata
dari tradisi ini adalah dalam bentuk memindahkan isi dapur untuk dimasak secara
gotong royong di rumah yang mengalami kedukaan dan inilah bentuk kekeluargaan
dan kebersamaan yang patut diteladani.
Tradisi lainnya yakni “Mongaruwa”,
pada hakekatnya “Mongaruwa” merupakan tradisi untuk berdoa dan mendoakan baik untuk dirinya sendiri, keluarga,
masyarakat dan lebih khusus lagi mendo’akan bagi orang yang telah meninggal. Atribut
tradisi / benda budaya, terdiri dari :
-
Kain putih yang dibentangkan
sebagai alas untuk meletakkan makanan. Putih bermakna kesucian dan keikhlasan,
jadi siapapun yang duduk pada majelis “Mongaruwa”
harus suci dan ikhlas.
-
Garam, pada hakekatnya
garam berasal dari laut, laut luas dan kaya akan beraneka ragam makhluk hidup
seperti ikan, dll yang dapat dimanfaatkan untuk di makan/konsumsi, jika kita
berada di Gorontalo maka cukuplah untuk mengambil ikan yang ada di laut
Sulawesi atau Teluk Tomini, tidak perlu mengambil ikan yang ada di laut Jawa
atau laut Banda, karena sifat ikan yang ada di laut selalu berpindah-pindah.
Makna tersebut haruslah diimplementasikan pada majelis “Mongaruwa”, saat kita duduk dan dipersilahkan untuk makan, maka
yang diambil adalah makanan yang berada di depan kita, tidak perlu mengambil
makanan yang berada jauh dari kita, mungkin saja kalau kita mengambil makanan
yang jauh dari tempat duduk kita, maka akan mengganggu orang yang ada disebelah
kita, intinya adalah adab sopan santun yang dibentuk, sehingga pada saat kita
hidup berkeluarga,bermasyarakat dan bernegara adab sopan santun inilah yang
patut dilakukan. Selain itu, pada saat kita mengambil makanan, maka makanan yang
diambil hanya secukupnya, tidak terlalu banyak sehingga dapat melebihi
kapasitas wadah/piring dan dampaknya apabila makanan tersebut melebihi
wadah/piring, maka yang terjadi adalah makanan tersebut akan jatuh ke kain
putih yang harusnya dijaga, adapun adab yang dibentuk adalah adab tenggang
rasa, saling harga-menghargai.
- Rica/cabai pada
hakekatnya merupakan gambaran sifat-sifat yang kurang baik seperti iri, dengki,
hasut, dll. Rica/cabai jika dimakan akan terasa enak pada lidah kita, tetapi
akan menimbulkan rasa pedas, dan mungkin bisa sampai berakibat pada sakit
perut, tetapi tetap dimakan lagi jika kita makan, dalam artian tidak pernah
kapok dengan akibat yang ditimbulkan. Itulah sifat-sifat dari perilaku yang
kurang baik, enak dilakukan karena hanya untuk kepentingan kesenangan sendiri tetapi
dampaknya merusak hubungan diri dan keluarga bahkan masyarakat dan Negara.
- Tiliaya, pada hakekatnya
tiliaya berasal dari bahan-bahan yang sangat sederhana dan mudah untuk di
dapat, apabila kita mengkonsumsinya maka dampak yang dirasakan adalah tubuh
tetap dalam kondisi fit walaupun seharian kita tidak makan (seperti halnya pada
saat bulan Ramadhan, jika kita makan tiliaya pada saat sahur, maka sampai pada
saat buka puasa kita tetap merasa fit dan kuat). Itulah gambaran perbuatan
baik, sekecil apapun kita berbuat baik kepada orang lain (seperti tiliaya yang
bahannya sederhana), pastilah akan berdampak yang panjang, hubungan silaturahmi
terjaga, hubungan kerja terjaga, dll. Tidak seperti halnya rica/cabai tadi.
Mungkin itulah sebenarnya gambaran tradisi kita, berbagai macam
makna dan pesan-pesan moral orang tua kita yang disampaikan melalui
tradisi/budaya tersebut. Orang Gorontalo kaya akan tradisi dan budaya yang
patut untuk dijaga dan dilestarikan, tetapi dengan catatan wajiblah kita
memahami dan mengamalkan makna yang tekandung dalam segala tradisi/budaya
tersebut. Maka sudah barang tentu, bahwa orang Gorontalo tidaklah mungkin miskin,
jika apa yang dia lakukan dia mengerti dengan apa yang dilakukannya, demi untuk
kepentingan bersama.
Akhir dari tulisan ini, mungkin sebagai kesimpulan, bahwasanya kemiskinan
di Gorontalo secara fakta melalui data merupakan daerah yang masih tinggi
persentase penduduk miskinnya, tetapi kalau dilihat dari segi tradisi/budaya maka Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang kaya. Upaya yang perlu dilakukan yakni dalam bentuk kebijakan publik
tentang upaya pelestarian dan pengembangan tradisi dan budaya daerah perlu
dilakukan (sampai saat ini kebijakan yang mengatur tentang kebijakan tersebut
mungkin belum ada).
Inilah persembahan saya saat, Beberapa patah kata yang saya tulis
mungkin dengan sangat tergesa-gesa. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan,
maka hal itu semata-mata adalah kelemahan dan kebodohan saya, dan saya sangat
berharap dan bersyukur serta mengucapkan terima kasih apabila kekurangan ini
diperbaiki. Semoga dalam momentum peringatan hari patriotik 23 Januari 2014 ini
merupakan awal perbaikan pembangunan daerah Gorontalo yang kaya akan tradisi
dan budaya daerah yang perlu dilestarikan. Dengan mengutip pidato Presiden RI
pertama Ir. Soekarno menyatakan bahwa “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”
atau yang dikenal dengan “JAS MERAH”.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Senin, 06 Januari 2014
MAYSRAKAT GORONTALO (tidak perlu takut) SAKIT
MAYSRAKAT GORONTALO (tidak perlu takut) SAKIT
Oleh
: Sofyan Tambipi, Gorontalo (07/01/2014)
Sepekan
sudah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dimulai yakni pada tanggal 1
Januari 2014, yang memiliki multi manfaat, baik secara medis dan maupun non
medis. Paket
manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah komprehensif sesuai
kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat paripurna
(preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh
besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam
konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif..???, mungkin sebagian besar masyarakat belum tahu bahkan belum
memahami apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan tersebut. Bahkan yang ada
dalam benak masyarakat jikalau mendengar tentang informasi kesehatan, pastilah
yang menjadi pemikirannya adalah sakit dan mungkin sebagian lagi berpikir sehat
atau bagaimana caranya supaya saya jikalau sakit menjadi sehat, dan mungkin
hanya sebagian kecil kalangan yang berpikir bagaimana caranya agar saya sehat tetap
sehat.
JKN
sebenarnya merupakan kelanjutan dari jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk
miskin yang dimulai sejak tahun 1998, kemudian pada tahun 2005 dirubah menjadi
ASKESKIN, dan pada tahun 2008 dikenal dengan JAMKESMAS yang pada saat itu belum
mencakup bagi seluruh masyarakat. Sehingga akan disempurnakan melalui Jaminan
Kesehatan Nasional yang dimulai tanggal 1 Januari 2014, dan harapannya pada
tahun 2019 seluruh penduduk sudah menjadi peserta JKN.
Coba kita lihat di Gorontalo, selain adanya JAMKESMAS, adapula
JAMKESDA, JAMKESMAN, dll yang diselenggarakan oleh Pemda Kabupaten/Kota, dan
mulai tahun 2012 Pemda Provinsi Gorontalo telah menyelenggarakan yang namanya JAMKESTA
(Jaminan Kesehatan Semesta) yang mengkafer sebagian masyarakat yang belum belum
memiliki jaminan kesehatan, sehingga diprediksi sejak tahun 2012 tersebut
Gorontalo bebas untuk sakit, karena
jikalau sakit bebas untuk berobat. Namun, kalau kita bertanya kepada
masyarakat, apakah mereka sudah memiliki jaminan kesehatan, masih ada ditemukan
sebagian masyarakat yang belum memiliki kartu jaminan kesehatan, contohnya saja
kalau kita ke Rumah Sakit (RS), masih ada masyarakat yang baru saja akan
mengurus kartu jaminan kesehatannya sehingga pada saat awal masuk RS diperlukan
biaya sementara, dan nanti akan ada pengembaliannya apabila kartu jaminannya
bisa keluar.
Hal lain dan perkembangan terakhir di Gorontalo, akan di bangun RS
yang kapasitasnya lebih banyak menampung orang sakit, sehingga masyarakat
Gorontalo tidak perlu lagi takut untuk sakit karena ada jaminan untuk berobat
gratis, dan bahkan disediakan sarana (yakni RS) untuk tempat berobat yang
kapasitasnya jika ditambahkan jumlah tempat tidur yang tersedia di seluruh RS
ditambah RS yang akan dibangun maka sudah mencapai lebih dari seperseribu
jumlah penduduk Gorontalo.
Kembali lagi tentang Jaminan Kesehatan, menarik memang tentang
jaminan kesehatan ini, kalau kita lihat jaminan lainnya mungkin dengan nama
asuransi seperti asuransi kebakaran, asuransi kerusakan mobil, dll, kata yang
digunakan adalah kata yang bermakna akibat, sedangkan khusus kesehatan kata
yang digunakan adalah kata yang bermakna kondisi yang baik, mungkin harusnya
kalau mengikuti asuransi-asuransi yang ada kata yang tepat adalah jaminan sakit
atau kesakitan. Karena apabila sakit, kita dijamin untuk diobati secara gratis.
Catatan saya yang terakhir dalam tulisan ini mungkin sebaiknya masyarakat perlu tahu
dan memahami apa sebenarnya upaya kesehatan paripurna tersebut (promotif,
preventif,kuratif, dan rehabilitatif), tetapi hal ini mungkin agak sulit
dipahami, sebaiknya yang mungkin lebih mudah dipahami adalah bagaimana
orang sakit bisa sehat dan bagaimana orang sehat tetap sehat atau dengan
menggalakkan kembali “lebih baik mencegah daripada mengobati”.
Bagaimana seharusnya agar tidak sakit dan tetap sehat..???, salah satunya yang
mungkin mudah di ingat yakni CERDIK (Prof. Tjnadar Yoga Aditama), yaitu Cek
kesehatan secara berkala, Enyah dari asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet
sehat dan seimbang, Istrahat yang cukup, dan Kelola stress. Selain itu, bagi
umat muslim dianjurkan untuk mengikuti cara sehat dari Rasulullah melalui pola
makan, dan aktivitas Beliau sehari-hari. Hal lain yang tak kalah pentingnya,
dimana tradisi dan budaya daerah kita sebenarnya kaya akan informasi dan tata cara
bagaimana sehat melalui makanan tradisional itu sangat penting untuk
dilestarikan, demikian halnya mungkin sejalan juga dengan kiprah Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (PERSAGI) dalam Hari Gizi Nasional 2014 yang mengangkat tema “Gizi
Baik, Kunci Keberhasilan Pelaksanaan JKN”.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Kamis, 22 Agustus 2013
Sehat melalui Makanan Tradisional (Implementasi mata pelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Provinsi Gorontalo)
Sehat melalui Makanan
Tradisional
(Implementasi mata
pelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Provinsi
Gorontalo)
Oleh
: Sofyan Tambipi, Gorontalo (2013)
Berbicara tentang sehat, ada tiga kelompok yang
memberikan pernyataan tentang sehat, kelompok pertama menyatakan bahwa “sehat
itu mahal”, kelompok kedua menyatakan bahwa “sehat itu murah”, dan kelompok
yang ketiga menyatakan bahwa “sehat itu gratis”.
Berbicara tentang makanan, kita lihat tentang sejarah
manusia. Perintah dan larangan Allah pertama kali kepada manusia adalah
berkaitan dengan makanan, dalam Al-Qur’an,
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang dzalim (QS. Al-Baqrah; 35).
Makanan yang bergizi tidak selalu harus makanan yang
mahal, mewah, bahkan dalam banyak bukti makanan yang demikian kurang bergizi. Bahan
makanan yang mudah diperoleh dan harganyapun terjangkau oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah banyak yang bergizi dan bahan-bahan makanan yang demikian
perlu mendapat perhatian untuk dikonsumsi dengan sebaik-baiknya. Selera dan gairah untuk memakannya tergantung dari kepandaian
pengelohan dan ketepatan waktu penyajiannya (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2010:2-3).
Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah memiliki
kebudayaan yang mantap. Salah satu aspek kebudayaan adalah kebiasaan
mengkonsumsi makanan tradisional khas bagi masyarakat. Makanan tradisional
merupakan jenis-jenis makanan yang paling cocok dengan kondisi daerah serta
menjadi kebiasaan makan bagi masyarakat daerah tertentu (Marwanti, 1997:96-97).
Sangat ironis sekali apabila pemerintah melakukan import
daging, garam dan bahan makanan lainnya yang pada dasarnya bahan-bahan tersebut
cukup banyak tersedia di Negara kita. Upaya-upaya alternatif dan kerjasama
sektoral hanya sebatas konsep yang ditawarkan. Sumber pangan hewani tidak hanya
berasal dari daging sapi, tetapi dapat pula berasal dari daging ayam dan bahkan
ikan. Negara kita yang hampir dua per tiga adalah lautan dengan beribu-ribu
pulau, pastilah banyak terdapat keaneragaman ikan di dalamnya. Mungkin ini
terlalu jauh kita bicarakan, kita kembali ke fokus kita tentang sehat melalui
makanan tradisional.
Kebijakan pelestarian
makanan tradisional di Provinsi Gorontalo telah dimulai sejak tahun 2008.
Kebijakan tersebut merupakan implementasi dari visi pemerintah Provinsi
Gorontalo tahun 2007-2012 yakni Gorontalo Provinsi Inovasi. Saat itu, kebijakan
penerapan muatan lokal ilmu gizi berbasis makanan tradisional Gorontalo telah
dilakukan uji coba (pilot project) pada 18 sekolah yang terdiri dari 6 sekolah
tingkat SD, 6 sekolah tingkat SMP dan 6 sekolah tingkat SMA yang terbagi di
seluruh Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo. Hingga saat ini telah mencapai
128 sekolah yang telah menerapkan kebijakan dan sudah 2 orang guru yang telah
tersertifikasi dengan mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis
makanan tradisional yakni guru pada SMA Negeri 1 Tilamuta dan SMA Negeri 1
Kabila.
Keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan tersebut telah
menjadikan Provinsi Gorontalo dipercayakan menjadi tuan rumah pelaksana Rapat
Konsultasi Teknis Nasional Program Perbaikan Gizi pada tahun 2009 yang dihadiri
oleh utusan 33 Provinsi, menjadi tempat studi banding bagi daerah-daerah,
memperoleh penghargaan dari Menteri Kesehatan (dua orang Bupati, yakni
Gorontalo dan Boalemo) dan pada tahun 2011 Kepala Dinas Kesehatan mendapat
penghargaan dari Presiden Indonesia tentang Adhikarya
Pangan Nusantara.
Hasil penelitian tentang makanan tradisional yang
diangkat oleh seorang Doktor bidang Gizi (Arifasno Napu, 2013) menyatakan bahwa
semakin muda usia, semakin rendah pengetahuannya tentang makanan tradisional Gorontalo.
Perlunya peraturan daerah yang mengayomi pembelajaran muatan lokal ilmu gizi
berbasis makanan tradisional Gorontalo dalam upaya memutus mata rantai
permasalahan gizi dan kesehatan, pengembangan dan pelestarian budaya daerah
melalui makanan.
Seingat saya sejak tahun 2007 di Provinsi Gorontalo
pernah dilaksanakan lomba cerdas cermat pengetahuan gizi dan kesehatan serta
lomba menu khas daerah Gorontalo, yang merupakan implementasi hasil
pembelajaran siswa di sekolah. Namun dalam beberapa tahun terakhir sudah tidak
dilaksanakan lagi. Apakah karena hal ini merupakan ide cemerlang yang tidak
bersentuhan dengan logika berpikir tentang pembangunan kesehatan dan
pendidikan, ataukah ada perasaan malu untuk melanjutkannya.., hanya merekalah
yang bisa menjawab.
Kita jangan malu melihat hal baru (ilmu gizi berbasis
makanan khas daerah Gorontalo) yang mengangkat hal yang lama (budaya daerah
tentang makanan).
Terkait dengan hal tersebut, dalam benak saya muncul
pertanyaan, apakah ini dapat dijadikan icon yang wajib dikembangkan..???
seperti halnya yang dilansir oleh Kemendagri pada tanggal 12 April 2013 bahwa CITY BRANDING UNTUK
PEMDA: PERLUKAH ?. Menurut saya, ini hal yang paling menarik dan mudah dicerna, dan
bahkan mudah diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah. Dengan demikian
kesehatan gratis yang diidamkan dapat terwujud, yakni “bagaimana orang sakit
bisa sehat dan bagaimana orang sehat tetap sehat” (dikutip dari pernyataan pak
Doktor Arifasno). Pertanyaan yang timbul bukankah Kesehatan gratis yang ada saat
ini sudah berjalan dan bahkan untuk semua (Total
Coverage), jawabannya iya, tetapi hanya sebatas bagi orang yang sakit,
disaat dia sakit dia akan merasakan manfaatnya (dilayani), tetapi bagaimana
dengan orang yang sehat.
Oleh karena itu pembelajaran ilmu gizi berbasis makanan khas
daerah Gorontalo dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi dan
makanan, pelestarian dan pengembangan budaya Gorontalo khususnya tentang
makanan khas Gorontalo, dan sebagai upaya untuk memutus mata rantai permasalahan
gizi/kesehatan yang diakibatkan oleh masalah makanan (Arifasno Napu, 2013)
Untuk itulah, marilah kita giatkan “Sehat melalui Makanan Tradisional”.
Minggu, 28 April 2013
INTEGRASI GIZI-KIA-IMUNISASI
perlukah INTEGRASI
GIZI-KIA-IMUNISASI
Kasus
:
Temuan kasus : Rabu, 24 April 2013
Ibu : HI (-20 thn)
Ayah :
UT
Bayi : HT (anak pertama)
Lahir : 28 Pebruari 2013
Alamat : Desa HO, Kecamatan A Kabupaten GU Provinsi G
Kunjungan ibu sewaktu hamil :
I.
Umur kehamilan 7 bln (ke PKM)
II.
Umur kehamilan 8 bulan (ke Posyandu)
III.
Umur kehamilan 9 bulan (ke Posyandu)
Kunjungan Bayi :
Tgl. 20 April 2013 pertama kali dibawa ke Posyandu
Masalah :
Bayi lahir di rumah ditolong oleh dukun
Umur 1 bulan 2 minggu sudah diberi bubur tepung
Belum pernah diimunisasi
Kamis, 28 Maret 2013
Pemberian Makanan Aktif/Responsif untuk Anak
PMBA : Pemberian Makanan Aktif/Responsif untuk Anak
Pemberian makanan secara aktif/responsif adalah bersikap perhatian dan responsif terhadap tanda-tanda yang disampaikan anak bahwa ia siap untuk makan; berikan dorongan secara aktif kepada anak Anda untuk makan, tapi jangan paksa dia.
Bila anak makan sendiri, mungkin dia tidak akan kenyang. Ia gampang terganggu. Oleh sebab itu, anak perlu bantuan. Bila anak tidak mendapatkan makanan yang cukup, ia akan menjadi kurang gizi.
- Biarkan anak makan dari piringnya sendiri (pengasuh akan tahu seberapa banyak anak itu makan)
- Duduk bersama anak, bersikap sabar dan berikan dorongan agar ia mau makan.
- Berikan makanan yang bisa diambil dan dipegang anak; anak-anak seringkali ingin makan sendiri. Berikan dia dorongan untuk melakukan itu, tapi pastikan bahwa makanan itu memang masuk ke mulutnya.
- Ibu/Ayah/pengasuh bisa menggunakan tangannya (setelah dicuci) untuk menyuapi anak.
- Beri anak makan begitu ia memperlihatkan tanda bahwa ia lapar.
- Jika anak menolak untuk makan, terus berikan dorongan; cobalah untuk memangku anak waktu memberinya makan.
- Ajak anak bermain coba untuk menjadikan makan sebagai pengalaman belajar dan menyenanangkan, tidak hanya sebagai pengalaman. Anak harus diberi makan di tempat yang biasa ia diberi makan.
- Anak sebanyak mungkin harus makan bersama keluarga untuk menciptakan suasana yang dapat meningkatkan perkembangan psiko-afektif.
- Bantu anak untuk makan.
- Jangan paksa jika anak tidak mau makan. Jangan paksakan makanan masuk ke mulutnya.
- Jika anak menolak untuk makan, tunggu atau tangguhkan sampai ia mau.
- Jangan berikan anak terlalu banyak minum sebelum dan sewaktu ia makan.
- Beri pujian kepada anak waktu ia makan.
Orang tua, Ayah, anggota keluarga (kakak), pengasuh anak dapat ikut ambil bagian dalam pemberian makanan aktif/responsif.
Semoga bermanfaat....!!!!!
Bravo PMBA, ASI yes.......
Sabtu, 23 Februari 2013
Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo
PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH GORONTALO PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SD, SMP DAN SMA PROVINSI GORONTALO
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sekarang ini dapat mencakup 4 (empat) hal yaitu kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Empat pelayanan ini dilaksanakan tidak lain untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selanjutnya dalam mencapai keadaan kesehatan yang diharapkan, ternyata upaya preventif lebih baik daripada upaya kuratif.
Upaya preventif diantaranya melalui pengaturan makanan dan berolahraga yang teratur serta menjaga kesehatan lingkungan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini sangat diperlukan pengaturan makanan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahfahaman yang turun temurun karena menganggap bahwa makanan yang sehat itu adalah makanan yang harganya mahal ataupun terdiri dari bahan makanan yang mahal-mahal seperti beras yang enak, daging, ayam, sayuran yang mahal, buah-buahan yang diimport, dll. Faham ini dapat dibenahi dengan memasyarakatkan kembali makanan khas daerah pada masyarakat sebagai sebuah upaya untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan alami. Makanan khas daerah mempunyai cita rasa yang sangat enak sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu upaya pelestarian budaya Indoensia. Pelestarian makanan khas daerah membutuhkan adanya integrasi dengan penjabaran keberadaan makanan khas tersebut. Integrasi yang dimaksudkan adalah tentang ilmu yang berhubungan dengan analisis, pemanfaatannya dan proses-proses yang lainnya sehingga meyakinkan bahwa makanan khas daerah ini dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit. Ilmu tersebut adalah ilmu gizi dan ilmu kesehatan secara umum. Sangatlah cocok dipadukan dengan ilmu gizi, sehingga dapat diistilahkan dengan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah”.
Untuk implementasinya di masyarakat tentang ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan berjenjang yang dimasukan dalam pendidikan formal baik di tingkat PAUD, SD, SMP dan SMA.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, untuk melakukan peningkatan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan serta pelestarian budaya daerah melalui kegiatan inovasi yakni Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo.
B. Tujuan Pelaksanaan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang gizi dan kesehatan.
2. Upaya memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan.
3. Upaya pelestarian budaya daerah yaitu makanan khas Daerah Gorontalo.
C. Sasaran yang ingin dicapai :
1. Terlaksananya penerapan ilmu gizi berbasis makanan khas daerah Gorontalo pada mata pelajaran muatan lokal di tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA Provinsi Gorontalo.
2. Terwujudnya pelestarian budaya daerah melalui makanan khas daerah Gorontalo.
II. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo
A. Pra Kegiatan
Ide dan upaya Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo telah dirancang sejak tahun 2006 oleh Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah :
Tahun 2006
1. Pembinaan gizi pada siswa melalui cerdas cermat tingkat SD, SLTP dan SLTA se Provinsi Gorontalo, kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo.
2. Penyusunan buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 1, tim penyusun Arifasno Napu, Sofyan Tambipi dan Shinto Mohamad, dibantu oleh tim praktek Mutiara Mokodongan, Maya Kumalasari dan Saleh Panigoro. Buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 1 berisi aneka makanan pokok, lauk pauk, sayuran, snack/selingan dan formula balita (bulan September).
Tahun 2007
1. Sosialisasi program gizi/ keluarga sadar gizi pada Institusi Pendidikan, diikuti oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo, Bagian kurikulum perguruan tinggi (UNG dan STAIN) serta Kanwil Depag Provinsi Gorontalo.
2. Penyusunan buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 2, tim penyusun Arifasno Napu, Sofyan Tambipi dan Shinto Mohamad, dibantu oleh tim praktek Muhamad Aris, Mutiara Mokodongan, Maya Kumalasari dan Saleh Panigoro. Buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 2 berisi aneka makanan pokok, lauk pauk, sayuran, snack/selingan (bulan Juni).
3. Pembinaan gizi pada siswa melalui cerdas cermat tingkat SD, SLTP dan SLTA se Provinsi Gorontalo, kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo.
4. Ditandatanganinya Perjanjian kerjasama Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo antara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo (pada acara puncak HKN 12 Nopember 2008).
Tahun 2008
1. Penyusunan modul Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo (Pebruari 2008).
2. Pertemuan pra penyusunan modul Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo (5 Maret 2008).
3. Pertemuan penyusunan modul Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo. Hasil kesepakatan : penyempurnaan bahan ajar dan penetapan sekolah sebagai piloct project di Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo (2 s.d 4 April 2008).
4. Penyempurnaan bahan ajar Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo dalam rangka Penerapan mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA Provinsi Gorontaloi. Bahan ajar tersebut berisi Ilmu Gizi, Keluarga Sadar Gizi dan Makanan Khas Daerah Gorontalo, disusun oleh Arifasno Napu dan Sofyan Tambipi dibantu oleh editor Muhamad Aris dan Shinto Mohamad (Juli 2008) (buku bahan ajar dan buku menu telah mendapat hak cipta dari Kementerian Hukum dan HAM RI).
5. Pelatihan Tenaga Edukasi dalam rangka penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo (Juli 2008).
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo dilaksanakan pada tahun ajaran 2008-2009.
2. Pilot project penerapan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo” pada muatan lokal untuk tingkat SD (kelas 1), SMP (kelas 7) dan SMA (kelas 10) di Kabupaten/ Kota se Provinsi Gorontalo tahun ajaran 2008/2009
III. Isi Buku
BAB I. ILMU GIZI
A. Pengertian
B. Zat-zat Gizi
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air
C. Cara Memilih dan Menyimpan Bahan Makanan,
Makanan dan Air
1. Beras
2. Singkong
3. Kentang
4. Jagung
5. Sayuran
6. Buah-buahan
7. Telur
8. Daging
9. Ikan
10. Air
D. Memilih makanan jajanan yang baik
1. Kemasan makanan Jajanan
2. Tempat penjualan makanan
3. Wadah penjualan makanan jajanan
4. Penjual
5. Bahan-bahan yang digunakan
E. Kebiasaan Makan
1. Tidak makan pagi
2. Makanan Jajanan
3. Pantangan
4. Ingin menjadi langsing
BAB II. KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
A. Batasan Istilah
B. Perilaku Sadar Gizi
1. Memantau berat badan secara teratur
2. Makan beraneka ragam
3. Mengkonsumsi garam beryodium
4. Memberikan hanya ASI saja kepada bayi, sejak lahir sampai usia 6 bulan
5. Mendapatkan dan memberikan suplemen gizi bagi anggota yang membutuhkan
C. Menilai Keluarga Sudah Sadar Gizi
BAB III. MAKANAN KHAS DAERAH GORONTALO
A. Pendahuluan
B. Jenis-jenis Makanan Khas Daerah Gorontalo dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Lokal
1. Makanan Khas Daerah Gorontalo
2. MP-ASI lokal
C. Cara Pembuatan Makanan Khas
III. Keberhasilan dan Penghargaan
A. Pemerintah Pusat
1. Tahun 2009 menjadi tuan rumah pelaksanaan Rapat Konsultasi Teknis (Rakontek) Nasional Program Perbaikan Gizi (pertama kali dilaksanakan di luar Jawa dan Kota-Kota Besar)
2. Tahun 2009 diberikan penghargaan bagi 2 orang bupati (Gorontalo dan Boalemo) dari Menteri Kesehatan RI pada HKN ke 45.
3. Tahun 2009 Kadikes Provinsi Gorontalo memaparkan Program Perbaikan Gizi di Papua pada acara Review Program Gizi Tingkat Nasional.
4. Tahun 2009 Bupati Boalemo memaparkan upaya Pemda dalam Pengembangan Program Gizi Anak Sekolah Menengah di Kemenkes RI.
5. Tahun 2010 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo memaparkan upaya penanganan Bumil KEK/Anemia.
6. Tahun 2011 Kadikes Provinsi Gorontalo menerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dari Presiden RI.
B.
Pemerintah Daerah :
1. Tahun 2010 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemda Provinsi Sulawesi Tengah (Dikes, Bappeda)
2. Tahun 2010 Kadikes Provinsi Gorontalo dan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provnsi Gorontalo memaparkan kebijakan penanggulangan gizi buruk melalui TFC dan Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Tahun 2011 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur (Dikes, Bappeda dan Diknas).
4. Tahun 2011 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur (Dikes dan Bappeda).
5. Tahun 2012 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemda Kabupaten Siak Provinsi Riau (Sekda, Ketua DPRD, Dikes, Bappeda).
Langganan:
Postingan (Atom)