Kamis, 22 Agustus 2013

Sehat melalui Makanan Tradisional (Implementasi mata pelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Provinsi Gorontalo)

Sehat melalui Makanan Tradisional
(Implementasi mata pelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Provinsi Gorontalo)
Oleh : Sofyan Tambipi, Gorontalo (2013)

Berbicara tentang sehat, ada tiga kelompok yang memberikan pernyataan tentang sehat, kelompok pertama menyatakan bahwa “sehat itu mahal”, kelompok kedua menyatakan bahwa “sehat itu murah”, dan kelompok yang ketiga menyatakan bahwa “sehat itu gratis”.
Berbicara tentang makanan, kita lihat tentang sejarah manusia. Perintah dan larangan Allah pertama kali kepada manusia adalah berkaitan dengan makanan, dalam Al-Qur’an,  Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim (QS. Al-Baqrah; 35).

Makanan yang bergizi tidak selalu harus makanan yang mahal, mewah, bahkan dalam banyak bukti makanan yang demikian kurang bergizi. Bahan makanan yang mudah diperoleh dan harganyapun terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah banyak yang bergizi dan bahan-bahan makanan yang demikian perlu mendapat perhatian untuk dikonsumsi dengan sebaik-baiknya. Selera dan gairah untuk memakannya tergantung dari kepandaian pengelohan dan ketepatan waktu penyajiannya (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2010:2-3).
Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah memiliki kebudayaan yang mantap. Salah satu aspek kebudayaan adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional khas bagi masyarakat. Makanan tradisional merupakan jenis-jenis makanan yang paling cocok dengan kondisi daerah serta menjadi kebiasaan makan bagi masyarakat daerah tertentu (Marwanti, 1997:96-97).

Sangat ironis sekali apabila pemerintah melakukan import daging, garam dan bahan makanan lainnya yang pada dasarnya bahan-bahan tersebut cukup banyak tersedia di Negara kita. Upaya-upaya alternatif dan kerjasama sektoral hanya sebatas konsep yang ditawarkan. Sumber pangan hewani tidak hanya berasal dari daging sapi, tetapi dapat pula berasal dari daging ayam dan bahkan ikan. Negara kita yang hampir dua per tiga adalah lautan dengan beribu-ribu pulau, pastilah banyak terdapat keaneragaman ikan di dalamnya. Mungkin ini terlalu jauh kita bicarakan, kita kembali ke fokus kita tentang sehat melalui makanan tradisional.

Kebijakan pelestarian makanan tradisional di Provinsi Gorontalo telah dimulai sejak tahun 2008. Kebijakan tersebut merupakan implementasi dari visi pemerintah Provinsi Gorontalo tahun 2007-2012 yakni Gorontalo Provinsi Inovasi. Saat itu, kebijakan penerapan muatan lokal ilmu gizi berbasis makanan tradisional Gorontalo telah dilakukan uji coba (pilot project) pada 18 sekolah yang terdiri dari 6 sekolah tingkat SD, 6 sekolah tingkat SMP dan 6 sekolah tingkat SMA yang terbagi di seluruh Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo. Hingga saat ini telah mencapai 128 sekolah yang telah menerapkan kebijakan dan sudah 2 orang guru yang telah tersertifikasi dengan mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis makanan tradisional yakni guru pada SMA Negeri 1 Tilamuta dan SMA Negeri 1 Kabila.

Keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan tersebut telah menjadikan Provinsi Gorontalo dipercayakan menjadi tuan rumah pelaksana Rapat Konsultasi Teknis Nasional Program Perbaikan Gizi pada tahun 2009 yang dihadiri oleh utusan 33 Provinsi, menjadi tempat studi banding bagi daerah-daerah, memperoleh penghargaan dari Menteri Kesehatan (dua orang Bupati, yakni Gorontalo dan Boalemo) dan pada tahun 2011 Kepala Dinas Kesehatan mendapat penghargaan dari Presiden Indonesia tentang Adhikarya Pangan Nusantara.
Hasil penelitian tentang makanan tradisional yang diangkat oleh seorang Doktor bidang Gizi (Arifasno Napu, 2013) menyatakan bahwa semakin muda usia, semakin rendah pengetahuannya tentang makanan tradisional Gorontalo. Perlunya peraturan daerah yang mengayomi pembelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis makanan tradisional Gorontalo dalam upaya memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan, pengembangan dan pelestarian budaya daerah melalui makanan.

Seingat saya sejak tahun 2007 di Provinsi Gorontalo pernah dilaksanakan lomba cerdas cermat pengetahuan gizi dan kesehatan serta lomba menu khas daerah Gorontalo, yang merupakan implementasi hasil pembelajaran siswa di sekolah. Namun dalam beberapa tahun terakhir sudah tidak dilaksanakan lagi. Apakah karena hal ini merupakan ide cemerlang yang tidak bersentuhan dengan logika berpikir tentang pembangunan kesehatan dan pendidikan, ataukah ada perasaan malu untuk melanjutkannya.., hanya merekalah yang bisa menjawab.
Kita jangan malu melihat hal baru (ilmu gizi berbasis makanan khas daerah Gorontalo) yang mengangkat hal yang lama (budaya daerah tentang makanan).

Terkait dengan hal tersebut, dalam benak saya muncul pertanyaan, apakah ini dapat dijadikan icon yang wajib dikembangkan..??? seperti halnya yang dilansir oleh Kemendagri pada tanggal 12 April 2013 bahwa CITY BRANDING UNTUK PEMDA: PERLUKAH ?. Menurut saya, ini hal yang paling menarik dan mudah dicerna, dan bahkan mudah diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah. Dengan demikian kesehatan gratis yang diidamkan dapat terwujud, yakni “bagaimana orang sakit bisa sehat dan bagaimana orang sehat tetap sehat” (dikutip dari pernyataan pak Doktor Arifasno). Pertanyaan yang timbul bukankah Kesehatan gratis yang ada saat ini sudah berjalan dan bahkan untuk semua (Total Coverage), jawabannya iya, tetapi hanya sebatas bagi orang yang sakit, disaat dia sakit dia akan merasakan manfaatnya (dilayani), tetapi bagaimana dengan orang yang sehat.

Oleh karena itu pembelajaran ilmu gizi berbasis makanan khas daerah Gorontalo dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi dan makanan, pelestarian dan pengembangan budaya Gorontalo khususnya tentang makanan khas Gorontalo, dan sebagai upaya untuk memutus mata rantai permasalahan gizi/kesehatan yang diakibatkan oleh masalah makanan (Arifasno Napu, 2013) 

Untuk itulah, marilah kita giatkan “Sehat  melalui Makanan Tradisional”.


Minggu, 28 April 2013

INTEGRASI GIZI-KIA-IMUNISASI

perlukah INTEGRASI GIZI-KIA-IMUNISASI

Kasus :

Temuan kasus : Rabu, 24 April 2013

Ibu           : HI (-20 thn)
Ayah        : UT
Bayi         : HT (anak pertama)
Lahir        : 28 Pebruari 2013
Alamat    : Desa HO, Kecamatan A Kabupaten GU Provinsi G

Kunjungan ibu sewaktu hamil :
I.             Umur kehamilan 7 bln (ke PKM)
II.           Umur kehamilan 8 bulan (ke Posyandu)
III.          Umur kehamilan 9 bulan (ke Posyandu)

Kunjungan Bayi :
Tgl. 20 April 2013 pertama kali dibawa ke Posyandu 


Masalah :
Bayi lahir di rumah ditolong oleh dukun
Umur 1 bulan 2 minggu sudah diberi bubur tepung

Belum pernah diimunisasi 

Kamis, 28 Maret 2013

Pemberian Makanan Aktif/Responsif untuk Anak

PMBA : Pemberian Makanan Aktif/Responsif untuk Anak


Pemberian makanan secara aktif/responsif adalah bersikap perhatian dan responsif terhadap tanda-tanda yang disampaikan anak bahwa ia siap untuk makan; berikan dorongan secara aktif kepada anak Anda untuk makan, tapi jangan paksa dia.

Bila anak makan sendiri, mungkin dia tidak akan kenyang. Ia gampang terganggu. Oleh sebab itu, anak perlu bantuan. Bila anak tidak mendapatkan makanan yang cukup, ia akan menjadi kurang gizi.


  • Biarkan anak makan dari piringnya sendiri (pengasuh akan tahu seberapa banyak anak itu makan)
  • Duduk bersama anak, bersikap sabar dan berikan dorongan agar ia mau makan.
  • Berikan makanan yang bisa diambil dan dipegang anak; anak-anak seringkali ingin makan sendiri. Berikan dia dorongan untuk melakukan itu, tapi pastikan bahwa makanan itu memang masuk ke mulutnya.
  • Ibu/Ayah/pengasuh bisa menggunakan tangannya (setelah dicuci) untuk menyuapi anak.
  • Beri anak makan begitu ia memperlihatkan tanda bahwa ia lapar.
  • Jika anak menolak untuk makan, terus berikan dorongan; cobalah untuk memangku anak waktu memberinya makan.
  • Ajak anak bermain coba untuk menjadikan makan sebagai pengalaman belajar dan menyenanangkan, tidak hanya sebagai pengalaman. Anak harus diberi makan di tempat yang biasa ia diberi makan.
  • Anak sebanyak mungkin harus makan bersama keluarga untuk menciptakan suasana yang dapat meningkatkan perkembangan psiko-afektif.
  • Bantu anak untuk makan.
  • Jangan paksa jika anak tidak mau makan. Jangan paksakan makanan masuk ke mulutnya.
  • Jika anak menolak untuk makan, tunggu atau tangguhkan sampai ia mau.
  • Jangan berikan anak terlalu banyak minum sebelum dan sewaktu ia makan.
  • Beri pujian kepada anak waktu ia makan.
Orang tua, Ayah, anggota keluarga (kakak), pengasuh anak dapat ikut ambil bagian dalam pemberian makanan aktif/responsif.

Semoga bermanfaat....!!!!!
Bravo PMBA, ASI yes.......

Sabtu, 23 Februari 2013

Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo



PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH GORONTALO PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SD, SMP DAN SMA PROVINSI GORONTALO

I. Pendahuluan 

A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sekarang ini dapat mencakup 4 (empat) hal yaitu kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Empat pelayanan ini dilaksanakan tidak lain untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selanjutnya dalam mencapai keadaan kesehatan yang diharapkan, ternyata upaya preventif lebih baik daripada upaya kuratif. Upaya preventif diantaranya melalui pengaturan makanan dan berolahraga yang teratur serta menjaga kesehatan lingkungan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini sangat diperlukan pengaturan makanan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahfahaman yang turun temurun karena menganggap bahwa makanan yang sehat itu adalah makanan yang harganya mahal ataupun terdiri dari bahan makanan yang mahal-mahal seperti beras yang enak, daging, ayam, sayuran yang mahal, buah-buahan yang diimport, dll. Faham ini dapat dibenahi dengan memasyarakatkan kembali makanan khas daerah pada masyarakat sebagai sebuah upaya untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan alami. Makanan khas daerah mempunyai cita rasa yang sangat enak sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu upaya pelestarian budaya Indoensia. Pelestarian makanan khas daerah membutuhkan adanya integrasi dengan penjabaran keberadaan makanan khas tersebut. Integrasi yang dimaksudkan adalah tentang ilmu yang berhubungan dengan analisis, pemanfaatannya dan proses-proses yang lainnya sehingga meyakinkan bahwa makanan khas daerah ini dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit. Ilmu tersebut adalah ilmu gizi dan ilmu kesehatan secara umum. Sangatlah cocok dipadukan dengan ilmu gizi, sehingga dapat diistilahkan dengan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah”. Untuk implementasinya di masyarakat tentang ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan berjenjang yang dimasukan dalam pendidikan formal baik di tingkat PAUD, SD, SMP dan SMA. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, untuk melakukan peningkatan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan serta pelestarian budaya daerah melalui kegiatan inovasi yakni Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo. 

B. Tujuan Pelaksanaan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang gizi dan kesehatan. 
2. Upaya memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan. 
3. Upaya pelestarian budaya daerah yaitu makanan khas Daerah Gorontalo. 

C. Sasaran yang ingin dicapai :
1. Terlaksananya penerapan ilmu gizi berbasis makanan khas daerah Gorontalo pada mata pelajaran muatan lokal di tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA Provinsi Gorontalo. 
2. Terwujudnya pelestarian budaya daerah melalui makanan khas daerah Gorontalo. 

II. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo 

A. Pra Kegiatan 
Ide dan upaya Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo telah dirancang sejak tahun 2006 oleh Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah : 
Tahun 2006 
1. Pembinaan gizi pada siswa melalui cerdas cermat tingkat SD, SLTP dan SLTA se Provinsi Gorontalo, kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo. 
2. Penyusunan buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 1, tim penyusun Arifasno Napu, Sofyan Tambipi dan Shinto Mohamad, dibantu oleh tim praktek Mutiara Mokodongan, Maya Kumalasari dan Saleh Panigoro. Buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 1 berisi aneka makanan pokok, lauk pauk, sayuran, snack/selingan dan formula balita (bulan September). 
Tahun 2007 
1. Sosialisasi program gizi/ keluarga sadar gizi pada Institusi Pendidikan, diikuti oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo, Bagian kurikulum perguruan tinggi (UNG dan STAIN) serta Kanwil Depag Provinsi Gorontalo. 
2. Penyusunan buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 2, tim penyusun Arifasno Napu, Sofyan Tambipi dan Shinto Mohamad, dibantu oleh tim praktek Muhamad Aris, Mutiara Mokodongan, Maya Kumalasari dan Saleh Panigoro. Buku Menu Khas Daerah Gorontalo edisi 2 berisi aneka makanan pokok, lauk pauk, sayuran, snack/selingan (bulan Juni). 
3. Pembinaan gizi pada siswa melalui cerdas cermat tingkat SD, SLTP dan SLTA se Provinsi Gorontalo, kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo. 
4. Ditandatanganinya Perjanjian kerjasama Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo antara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo (pada acara puncak HKN 12 Nopember 2008). 
Tahun 2008 
1. Penyusunan modul Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo (Pebruari 2008). 
2. Pertemuan pra penyusunan modul Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo (5 Maret 2008). 
3. Pertemuan penyusunan modul Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo. Hasil kesepakatan : penyempurnaan bahan ajar dan penetapan sekolah sebagai piloct project di Kabupaten/Kota se Provinsi Gorontalo (2 s.d 4 April 2008). 
4. Penyempurnaan bahan ajar Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo dalam rangka Penerapan mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA Provinsi Gorontaloi. Bahan ajar tersebut berisi Ilmu Gizi, Keluarga Sadar Gizi dan Makanan Khas Daerah Gorontalo, disusun oleh Arifasno Napu dan Sofyan Tambipi dibantu oleh editor Muhamad Aris dan Shinto Mohamad (Juli 2008) (buku bahan ajar dan buku menu telah mendapat hak cipta dari Kementerian Hukum dan HAM RI). 
5. Pelatihan Tenaga Edukasi dalam rangka penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo (Juli 2008). 

B. Pelaksanaan Kegiatan 
1. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo pada mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat SD, SMP dan SMA di Provinsi Gorontalo dilaksanakan pada tahun ajaran 2008-2009. 
2. Pilot project penerapan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo” pada muatan lokal untuk tingkat SD (kelas 1), SMP (kelas 7) dan SMA (kelas 10) di Kabupaten/ Kota se Provinsi Gorontalo tahun ajaran 2008/2009 

III. Isi Buku


BAB I. ILMU GIZI

A. Pengertian
B. Zat-zat Gizi 

     1. Karbohidrat 
     2. Protein 
     3. Lemak 
     4. Vitamin 
     5. Mineral 
     6. Air
C. Cara Memilih dan Menyimpan Bahan Makanan, 
Makanan dan Air

     1. Beras 
     2. Singkong 
     3. Kentang 
     4. Jagung 
     5. Sayuran 
     6. Buah-buahan 
     7. Telur 
     8. Daging 

     9. Ikan 
    10. Air 
D. Memilih makanan jajanan yang baik 
     1. Kemasan makanan Jajanan 
     2. Tempat penjualan makanan 
     3. Wadah penjualan makanan jajanan 
     4. Penjual 
     5. Bahan-bahan yang digunakan 
E. Kebiasaan Makan 
    1. Tidak makan pagi 
    2. Makanan Jajanan 
    3. Pantangan 
    4. Ingin menjadi langsing 
BAB II. KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
A. Batasan Istilah
B. Perilaku Sadar Gizi 
   1. Memantau berat badan secara teratur  
   2. Makan beraneka ragam 
   3. Mengkonsumsi garam beryodium 
   4. Memberikan hanya ASI saja kepada bayi, sejak lahir sampai usia 6 bulan
   5. Mendapatkan dan memberikan suplemen gizi bagi anggota yang membutuhkan
C. Menilai Keluarga Sudah Sadar Gizi 
BAB III. MAKANAN KHAS DAERAH GORONTALO
A. Pendahuluan 
B. Jenis-jenis Makanan Khas Daerah Gorontalo dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Lokal 
   1. Makanan Khas Daerah Gorontalo 
   2. MP-ASI lokal 
C. Cara Pembuatan Makanan Khas


III. Keberhasilan dan Penghargaan 

A. Pemerintah Pusat 
1. Tahun 2009 menjadi tuan rumah pelaksanaan Rapat Konsultasi Teknis (Rakontek) Nasional Program Perbaikan Gizi (pertama kali dilaksanakan di luar Jawa dan Kota-Kota Besar) 
2. Tahun 2009 diberikan penghargaan bagi 2 orang bupati (Gorontalo dan Boalemo) dari Menteri Kesehatan RI pada HKN ke 45. 
3. Tahun 2009 Kadikes Provinsi Gorontalo memaparkan Program Perbaikan Gizi di Papua pada acara Review Program Gizi Tingkat Nasional. 
4. Tahun 2009 Bupati Boalemo memaparkan upaya Pemda dalam Pengembangan Program Gizi Anak Sekolah Menengah di Kemenkes RI. 
5. Tahun 2010 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo memaparkan upaya penanganan Bumil KEK/Anemia. 
6. Tahun 2011 Kadikes Provinsi Gorontalo menerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dari Presiden RI. B. 
Pemerintah Daerah :
1. Tahun 2010 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemda Provinsi Sulawesi Tengah (Dikes, Bappeda) 
2. Tahun 2010 Kadikes Provinsi Gorontalo dan Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provnsi Gorontalo memaparkan kebijakan penanggulangan gizi buruk melalui TFC dan Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo di Palu Provinsi Sulawesi Tengah. 
3. Tahun 2011 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur (Dikes, Bappeda dan Diknas). 
4. Tahun 2011 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur (Dikes dan Bappeda). 
5. Tahun 2012 menerima kunjungan pembelajaran dari Pemda Kabupaten Siak Provinsi Riau (Sekda, Ketua DPRD, Dikes, Bappeda).